GAZA – Serangan udara Israel menggempur tenda pengungsian di Khan Younis, Gaza.K ementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 71 warga Palestina tewas dalam serangan itu dan 289 lainnya luka-luka. Jumlah korban jiwa itu paling banyak dalam beberapa minggu terakhir. Al-Mawasi adalah daerah yang ditunjuk sebagai daerah kemanusiaan di mana militer Israel telah berulang kali mendesak warga Palestina pergi ke sana. Militer Israel turut merilis foto udara, meski belum bisa diverifikasi oleh Reuters, foto itu bertuliskan ‘teroris bersembunyi di antara warga sipil’. ‘Lokasi penyerangan adalah area terbuka yang dikelilingi pepohonan, beberapa bangunan, dan gudang,” katanya dalam sebuah pernyataan. Korban serangan Israel yang terluka dirawat di Rumah Sakit Nasser yang terletak tak jauh dari lokasi. Namun RS tersebut kewalahan menangani pasien yang membludak serta kekurangan pasokan medis. Dilansir Reuters, Sabtu (13/7/2024), dalam serangan itu, Israel “mengklaim” bahwa mereka menargetkan komandan militer Hamas Mohammed Deif. Militer Israel mengatakan mereka juga menargetkan komandan Brigade Khan Younis, Rafa Salama. Deif telah berkali-kali lolos dari upaya pembunuhan hingga menduduki puncak daftar yang paling dicari Israel. Sosok Deif juga dianggap bertanggung jawab atas kematian puluhan warga Israel dalam peristiwa bom bunuh diri. Seorang pejabat militer mengatakan kepada wartawan bahwa Deif berada di sebuah kompleks operasional Hamas serta dalam penjagaan militan. Tidak jelas diketahui apakah Deif terbunuh atau tidak. “Kami masih memeriksa dan memverifikasi hasil serangan tersebut,” kata pejabat militer tersebut. Pada bulan Maret, Israel mengatakan pihaknya membunuh wakil Deif, Marwan Issa. Hamas sejak itu tidak membenarkan atau membantah kematiannya.
Bertemu Pemimpin Hamas, Jusuf Kalla Serukan Persatuan Kelompok di Palestina demi Gaza
DOHA – Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, menyerukan agar kelompok Hamas menunjukkan persatuan dan kebersamaan dengan kelompok Al Fatah, begitu pula hubungan internal Hamas sendiri. Jusuf Kalla menyampaikan hal itu secara langsung kepada Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas dalam pertemuan di Doha, Jumat (12/7/2024). Dia menegaskan tanpa kesatuan aspirasi dan institusi, hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza. Dalam pertemuan selama dua jam itu, Jusuf Kalla menjelaskan bagaimana mata dunia kini tertuju ke Gaza dan memicu semua pihak untuk ikut membantu warga yang terdampak langsung perang Israel-Hamas, tetapi begitu pelik untuk mendistribusikan bantuan ke Gaza akibat blokade Israel. Dia juga menyebut kekerasan yang dilakukan Hamas. “Kita semua harus membuat rencana kemanusiaan untuk Gaza, misalnya, menyusun program berdasarkan skala prioritas, seperti mengobati korban luka dan sakit, menyelamatkan perempuan, orang tua dan anak-anak, sehingga tidak menambah jatuhnya korban perang,” kata JK, singkatan yang menjadi panggilan keseharian Jusuf Kalla. Dia menegaskan, rencana kemanusiaan tersebut hanya bisa efektif jika kekerasan dihentikan terlebih dahulu. “Jika kekerasan dapat dihentikan, maka rekonstruksi dan rehabilitasi Gaza secara otomatis dapat dilaksanakan,” imbuhnya. JK mengajak Ismail Haniyeh untuk mengupayakan semua ikhtiar ini dari perspektif kemanusiaan, bukan soal politik dan pandangan ideologis. Keterangan tertulis dari tim JK seusai pertemuan di Doha itu menyatakan bahwa, “Ismail Haniyeh sangat memuji posisi dan peran diplomatik Republik Indonesia, pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat di Gaza, kontribusi dalam merawat korban luka, gerakan kerakyatan dalam demonstrasi, dan solidaritas luas terhadap rakyat Palestina”. Namun, keterangan tim JK tida menyebut perincian lain soal tanggapan Haniyeh terhadap seruan JK untuk menunjukkan persatuan dengan Fatah, satu faksi berpengaruh lain di Palestina. JK Tak Takut Dituduh Radikal JK menegaskan kepada VOA bahwa ia ingin menjadi mediator yang dapat mengkomunikasikan kepentingan pihak-pihak yang bertikai, yaitu Hamas, Fatah, dan bahkan dengan Israel sekalipun. Menurutnya, pembicaraan hanya dapat dilakukan jika ada hubungan dengan semua pihak. “Dan tidak masalah itu saya berkali-kali dituduh radikal. Orang mengatakan mengapa Bapak bertemu dengan teroris? Saya tanya balik, teroris yang bagaimana? Mereka (Taliban) ingin membebaskan negerinya dari pendudukan Amerika. Ini sama saja dengan pejuang-pejuang kemerdekaan kita di tahun 1945 yang dijuluki ekstremis. Ini sebutan-sebutan di era kolonial,” kata JK menegaskan. Dia menambahkan bahwa “Hamas berjuang untuk mempertahankan hak-hak warga Palestina”. Para perunding internasional optimis perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat segera terwujud dalam waktu dekat, seiring langkah Hamas pekan lalu yang mencabut tuntutan utama mereka yaitu komitmen Israel untuk mengakhiri perang. Sumber : KOMPAS.com